Aku masih percaya,
masih ada orang-orang baik yang menyeruh pada kebaikan, ditengah degradasi
moral bangsa ini.
Aku masih percaya,
masih ada orang-orang berhati tulus untuk meramaikan masjid-masjid diantara masjid-masjid
yang dibangun secara mewah.
Aku masih percaya,
masih ada orang-orang tanpa pamrih yang kampanye tentang sikap hormat kepada
orang lebih tua dan sayang kepada lebih muda, ditengah masyarakat yang tega
membunuh saudaranya sendiri
Dan aku masih percaya,
bahwa orang-orang tersebut adalah mereka yang bergelar “Para Penyeruh Kebaikan”
Karena yang
dilakukan atas dasar Cinta maka kegiatan apapun itu akan sangat dirindukan.
Walaupun kesehatan jasadiah harus tergadaikan. Tak jarang, aku menerima kabar tentang
mereka para penyeruh kebaikan yang jatuh sakit. Atau mereka yang harus
mengulang mata kuliah yang sama di semester selanjutnya. Bukan karena mereka
tidak lulus mata kuliah itu lamataran tidak mampu yang ukurannya IQ, atau
mereka tidak bisa menjawab ujian akhir. Sebab rasa tanggung jawab terhadap
perbaikan lingkungan sekitar yang membuat mereka harus mendahulukan itu.
Lagi-lagi
atas nama Cinta. Inilah Jalan Cinta Para Penyeruh Kebaikan. Yang mencoba untuk
kampanye tentang moral yang baik, displin, hormat kepada yang lebih tua dan
sayang kepada lebih muda agar bangsa ini tidak terdengar berita-berita yang
memprihatinkan. Tatkalah perempuan-perempuan dari mereka harus berpenampilan
lebih aneh dibanding mahasiswa-mahasiswa
lain, yang tetap setia dengan style rok dan baju panjangnya dan para
laki-lakinya beramai-ramai untuk sholat ke masjid, maka lihatlah usaha mereka.
Suatu upaya yang aku sebut dengan “Kampanye” kepada seluruh masyarakat kampus
agar bernampilan sopan dan ingat kembali kepada sang Pencipta.
Atau
kepedulian mereka terhadap Palestine dan Suriah, yang mengelar Aksi Galang Dana
untuk di salurkan kepada warga yang tertimpah musibah disana. Untuk kegiatan
ini kawan, aku ingin sedikit berkisah tentang mereka. Tentang suatu hari saat
aku dalam perjalan dan ada sekelompok mereka yang sedang Aksi untuk Galang
Dana, tetapi seseorang lebih tua dari
aku berkata “Untuk apa mereka buat seperti itu, uangnya mau dikasih ke siapa?
Emang ada orang yang mau bertarung nyawa untuk pergi ke daerah perperangan yang
tak tau kapan di bom, lalu pulang tinggal jasad?” tapi sayang, lagi-lagi aku
teringat akan mereka yang lebih menghormati orang tua dan aku memilih untuk
diam.
Jika
ditanya pada mereka, maka jawabannya akan berbeda. Setiap insan Pejuang
Kebaikan itu memiliki Jalan Cintanya masing-masing dengan torehan-torehan kisah
yang romantis berbalut sedih, sebab setiap perjalanan Cinta akan ada air mata
yang mengiringi. Sejarah telah mencatat nama-nama kalian Para Pejuang Kebaikan
dengan coretan tinta emas.
Sadar atau
tidak, setiap kebaikan yang kalian perbuat adalah Kampanye kepada warga negeri
ini yang haus akan penddidikan moral. Semoga Allah membalas setiap tetes
keringat yang mengalir untuk perjuangan itu, sepatu-sepatu kalian menjadi saksi kepada Allah saat ditanya sudah berada
dimana kalian saat panggilanNya berkumandang, penyakit yang mengerogoti tubuh
kalian menjadi pengugur dosa-dosa yang lalu, dan senyum manis yang kalian
torehkan kepada setiap manusia adalah sedekah kalian.
Teriring
doa untuk mereka Para Pejuang Kebaikan di Kampus Unimed, sekiranya Allah
mengizinkan maka kita akan bernostalgia di Taman FirdausNya. Atau tidak,
mungkin hanya kalian saja yang ku lihat dari kejauhan sedang tertawa canda
senda gurau bersama disana.
“Terus Berbuat
Kebaikan, karena Kita Tidak akan tahu kebaikan yang mana yang menghantarkan
diri ini mencium Wangi SurgaNya”
Dwi Anggriani Tarigan Pend. Antropologi 2013
Staff Dept. Eksternal
0 komentar :
Posting Komentar