Home » » BELAJAR DARI PERANG QADISIYAH

BELAJAR DARI PERANG QADISIYAH

Posted by UKMI Ar-Rahman UNIMED



BELAJAR DARI PERANG QADISIYAH
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaykum Wr. Wb
Hal pertama yang ingin ana sampaikan kepada antum semuanya adalah bahwa ana mencintai antum semua karena Allah swt.
Ayyuwal ikhwah wa akhwati fillah. Mudah-mudah kita semua selalu dalam lindungan Allah swt di mana pun kita berada. Mudah-mudahan Allah masih memberi kepada kita akan nikmat-nikmat-Nya, salah satunya adalah nikmat istiqamah di jalan ini. Jalan yang penuh onak dan duri, jalan yang tak banyak yang mau menempuhnya dan jalan yang jarak tempuhannya amatlah jauh.
Ikhwah wa akhwati fillah. Semoga setiap langkah yang kita langkahkan adalah langkah-langkah yang tiap tapaknya menggugurkan dosa-dosa kita, meninggikan derajat kita disi Allah swt dan menjadi pemudah jalan kita menuju surga-Nya. Dan semoga kita semua termasuk orang-orang yang akan berada di antara taman-taman di surga tempat Allah mencurahkan rahmat-Nya, menaungkan sayap-sayap malaikat-Nya, dan menyebut nama kita satu per satu dengan bangga dihadapan makhluk-makhluk-Nya.
Sedikit, ana ingin menyampaikan kisah dari salah satu peperangan yang terjadi di jaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Perang antara kaum muslimin dengan pasukan Persia untuk membebaskan negeri Persia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah semata. Peperangan yang amat indah untuk di ambil pelajarannya. Peperangan yang berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Bukan karena jumlah mereka yang banyak. Bahkan pasukan musuh lebih banyak dibandingkan pasukan kaum muslimin. Tapi, kesatuan dan kesamaan misi yang jelas, saling bekerja sama antar jama’ah yang akhirnya Allah membantu mereka dengan memberikan kemenangan kepada pasukan muslimin. Semoga kisah ini bisa lebih menguatkan kita dan mengkokohkan barisan kita, dengan satu misi yang sama.
Perang itu adalah perang Qadisiyah. Perang Qadisiyah terjadi di masa ke khalifahan Umar Bin Khattab antara pasukan Muslimin dengan pasukan Persia. Pasukan Muslim dipimpin oleh Sa’ad Bin Abi Waqas, sedangkan pasukan Persia dipimpin oleh Rustum. Pasukan muslimin berjumlah 30 ribu orang sedangkan pasukan Persia berjumlah sekitar 300 ribu orang. Sungguh peperangan yang sangat tidaklah seimbang kalau hanya di lihat dari soal jumlah.  Rustum ingin menguji kekuatan pasukan Sa’ad bin Abi Waqas. “Kalau soal jumlah kalian pasti menang, tapi ada yang lebih besar dari soal jumlah.” kata Rustum.  Kemudian Rustum mengirim surat kepada Sa’ad Bin Abi Waqas yang saat itu sedang sakit. “Kenapa tuan datang ke negeri kami,” begitu isi surat Rustum. Jawab Sa’ad, “Kami adalah kaum yang di bangkitkan oleh Allah untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat. Pasukan kami datang bukan untuk membunuh, bukan untuk membantai, pasukan  kami datang bukan untuk menghancurkan, pasukan kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat.”
Rustum mencoba mengecek apakah pemahaman yang sama ada di bawah. Maka ia kirimi surat kepada Musannah Bin Haritsah, maka jawabannya sama. Lalu ia cek kebawah lagi, Mughairah Bin Suygbah, komandan lapangan, jawabannya juga sama. Terakhir dia cek pasukan yang paling kroco, yang pangkatnya paling rendah, Rabi’ bin Amir, yang dia undang ketendanya. Dan Rustum bertanya kepada Rabi’ bin Amir, “Apa tujuan kalian datang kesini?” Sama, kata Rabi’ bin Amir, “Kami adalah kaum yang di bangkitkan oleh Allah untuk membebeskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat.”
Maka kesimpulan Rustum, ini pasukan tidak terkalahan. Karena mulai dari pucuk pimpinananya sampai kepada anak buahnya yang terbawah, Visi Misinya Sama. Dan Allah mentakdirkan pada hari berikutnya kaum muslimin ditandantang oleh orang-orang Persia. “Ayo kemari! Ayo kemari!” seru pasukan Persia kepada pasukan muslimin. “Kami yang kesana (menyebrangi sungai Tigris) atau kalian yang kesini.” tantang pasukan Persia. Kemudian Sa’ad bertanya kepada pasukannya, “Bagaimana kita, kita kesana atau mereka kesini?” Pasukannya menjawab, “Wahai amir, kita akan menuju mereka karena kita membawa futuhat yang mereka inginkan. Bukan kita yang menanti mereka.” Maka bismillahirrahmanirrahim, bergandeng tangan 30 ribu orang, sambung menyambung menyebrangi sungai Tigris yang sedang meluap. Sampai disembrang tidak ada satu pun yang terhanyut kecuali satu wadah yang jatuh yang di cari oleh semua pasukan yang ditemukan di ujung. Lalu apa kata pasukan Persia? Kata pasukan Persia, “Satu wadah saja jatuh 30 ribu orang mencarikan bersama-sama untuk saudaranya, bagaimana kalau kita bunuh salah satu dari mereka maka 30 ribu itu akan bersatu untuk mengalakan kita.” Gentar pasukan itu….
Itulah yang membuat perang Qadisiyah tidak imbang. Antara pasukan yang berada di tangan Allah dengan satuan misi yang sangat jelas, sedangkan diseberang adalah pasukan yang gemetar ketakutan melihat keajaiban karena tangan Allah bersama dengan jama’ah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya, yang membawa panji-panji-Nya, yang berada dalam satu barisan kokoh, tidak saling meniadakan satu sama lain, tidak saling mencela satu sama lain, tidak saling menyakiti satu sama lain, tapi satu gerak yang padu saling merekatkan dengan visi dakwah yang jelas, membebeskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat.
Ikhwah wa akhwati fillah. Bekerja keras, bukan untuk diri kita sendiri. Tapi, untuk kawan-kawan disebelah kita. Kita berada didalam tim yang sama dengan satu tujuan, untuk mencapai tujuan yang sama kita harus bisa bernafas bersama, bergerak bersama, mendengar bersama dan merasakan dakwah bersama. Jangan mementingkan ego masing-masing. Semua orang bilang, keberhasilan sebuah tim itu tergantung pada pemimpinnya. Tapi, yang tidak mereka katakan adalah keberhasilan seorang pemimpin juga tergantung pada anggota tim. Siapapun kita, dimanapun kita sebelumnya, sekarang kita ada disini. Di tempat yang sama, dengan impian yang sama. Maka, akan kita wujudkan mimpi itu bersama-sama.
Membebeskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat. Menegakkan kalimatul haq, la ilaha ilallah. Mensyia’arkan Islam kepada seluruh lapisan masyarakat. Semua harus merasakan dan menikmati syi’ar yang kita buat. Dengan tujuan dan misi yang sama mulai dari pemimpin hingga seluruh anggota tim, insya Allah kita bisa lebih kuat dan kokoh. Dakwah ini adalah tugas yang amat berat, keberhasilannya tidak bisa ditentukan oleh seorang diri. Hanya dengan kerja sama tim lah tujuan itu akan mudah untuk dicapai. Rapatkan shaf kita. Jangan samapai barisan kita disusupi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan dan merusak dakwah kita.
Wassalamu’alaykum Wr. Wb



1 komentar :